Selamat Membaca Semoga Informasi di Blog Saya Bermanfaat ^^

Rabu, 29 Mei 2013

PRAKTIKUM I
JUMLAH ERITROSIT DAN LEUKOSIT
By : Ni Putu Mawar Larassatiningtias (1013041034)

I.                   Judul                                :  Menghitung Jumlah Eritrosit
II.                Tujuan Praktikum          : Untuk mengetahui jumlah eritrosit
III.             Data Yang Di Dapatkan :


Ruang Hitung Jumlah Leukosit
 
Ruang Hitung Jumlah Eritrosit

 
             
                           Gambar.1 Kamar Neubeuer      
I.                   (Sumber: www.google.com)

-          Tabulasi data
Nama Mahasiswa  : I Gede Agus Sri Satwika
Jenis Kelamin         : Laki-laki
Berat badan           : 67 kg
Tinggi badan         : 173 cm
Umur                    : 20 tahun
Golongan darah     : 0                      
Jumlah Eritrosit    = 4.930.000 SDM/mm3               

-          Tabulasi data
Nama Mahasiswa  : Ni Wayan Septiari
Jenis Kelamin        : Perempuan
Berat badan           : 44 kg
Tinggi badan        : 153 cm
Umur                   : 20 tahun
Golongan darah    : 0                               
Jumlah Eritrosit   = 2.260.000 SDM/ mm3               
   
IV.             Pembahasan                               
Untuk mengetahui jumlah eritrosit dapat dilakukan penghitungan eritrosit dengan menggunakan hemasitometer. Agar leukosit tidak menggangu dalam proses penghitungan, maka dihancurkan dengan menambahkan larutan Hayem, larutan ini dibuat dari campuran senyawa natrium sulfat (berair kristal) 5g, natrium klorida 1g, merkuri klorida 0,5g dan air ditambahkan hingga volumenya menjadi 200 ml. Larutan harus disaring sebelum dipakai. Fungsinya untuk mengencerkan darah merah (eritrosit) dalam pipet eritrosit, lalu kemudian dimasukkan kedalam kamar hitung Hemasitometer.. Dengan pengenceran darah 200x menggunakan pipa toma, kemudian sel dihitung setiap 1 ml darah, di bawah mikroskop dengan glass neaubaeuer
Pada praktikum kali ini bertujuan menghitung jumlah Sel darah merah pada darah manusia. Alat-alat yang praktikun yang digunakan adalah toma hemasitometer (chounting chamber), pipet khusus bertanda ‘101’, bilik hitung, blood lancet steril (disposable), etil alkohol 70%, kapas dan larutan hayem.
Cara kerja yang praktikan lakukan adalah Mensterilkan kulit ujung jari tengah dengan kapas alkohol dan biarkan sampai kering, Menusuk ujung jari tengah naracoba dengan blood lancet steril ( disposable) sehingga darah keluar, Menyiapkan pipet khusus untuk menghitung sel darah merah ( ada kristal yang berwarna merah) dengan tanda 101. Memastikan pipet selalu dalam keadaan kering dan bersih, Mengambil darah langsung dari naracoba dengan menggunakan pipet khusus sampai melebihi tanda 0,5, kemudian membersihkan ujungnya dengan kertas tissu sehingga bersih dan darah tepat pada batas 0,5, kemudian segera menghisap dengan pipet dan menghisap larutan hayem sampai batas tanda 101, kemudian meletakkan pipet pada posisi hirizontal. selanjutnya memegang kedua ujung pipet dengan ibu jari dan telunjuk lalu menggerakkan secara perlahan-lahan agar darah bercampur dengan reagen, menyiapkan dan membersihkan bilik hitung (chamber accaunting) dan kaca penutupnya dengan kertas tissue. menaruh bilik hitung tersebut di meja  mikroskop dan menjepitnya dengan seksama kemudian mengamati bagian-bagian dari bilik hitung dengan mempergunakan perbesaran lemah (10x4) sampai jelas betul letak kotak-kotaknya, meneteskan cairan darah yang telah dicampur dengan larutan hayem dalam pupet sebanyak satu tetes lewat tepi kaca penutup dari bilik hitung sehingga cairan merata ke semua bilik hitung, memeriksa dengan perbesaran lemah (10X4) dan mencari kotak tengah dari bilik hitung. kotak tersebut masih dibagi lagi menjadi 25 kotak kecil, tiap kotak kecil tersebut masih dibagi lagi menjadi 16 kotaj kecil, menghitung jumlah SDM dengan perbesaran 10X10 dengan menggunakan alat counter, dan untuk menghemat waktu, dipilh 5 kotak sampel . sampelnya yaitu bagian kanan atas, kiri atas, kanan bawah, tengah dan kiri bawah. setelah mengetahui jumlah SDM maka segera memasukkan ke dalam rumus
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan darah 2 mahasiswa coba yaitu Gede Agus Sri Satwika dan Septiari  sebagai sampel. Saat pengambilan sampel kedua orang mahasiswa ini berumur 20 tahun . Kedua mahasiswa coba tersebut memiliki golongan darah O dengan berat badan  (satwika) 67kg dan (septi) 44kg  dan tinggi (satwika) 173 cm  dan (septi)153 cm.
Pada perhitungan menggunakan bilik hitung, didapatkan hasil. Kemudian hasil tersebut dijumlahkan, sehingga sel darah merah yang terdapat pada bilik hitung tersebut terdapat sekitar (satwika) 493 dan  (septi) 226 sel. Kemudian hasil tersebut dikalikan dengan 10.000 sehingga jumlah SDM per mm3  sebanyak s(atwika) 4.930.000 dan (septi) 2.260.000. Hal ini berarti, pada setiap mm3 darahnya terdapat sekitar (satwika) 4,9 juta dan (septi) 2,2 juta eritrosit. Untuk Pria sehat memiliki kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mmdarah . Dan untuk wanita sehat memiliki kira-kira 4,5 juta eritrosit dalam setiap mmdarah. Sehingga konsentrasi eritrosit pada I Gede Agus Sri Satwika dengan jumlah 4,9 juta  ini mendekati normal, sedangkan pada I wayan septiari yang jumlahnya 2,2 juta mengalami gejala tidak normal.
Secara teoritis, jumlah perhitungan leukosit pada septiari kali ini termasuk dalam hitungan abnormal. Akan tetapi kami mengakui bahwa data tersebut masih belum akurat karena pada saat praktikum. Kami masih mengalami banyak kendala seperti : kerterbatasan jumlah tolly counter, sulit untuk menghisap eritrosit dengan pipet supaya tidak menimbulkan gelembung, pengenceran larutan yang sedikit berlebihan, tidak ada coverglass kamar hitung sehingga kami menggunakan coverglass biasa, mikroskop yang kami pergunakan tidak memiliki meja objek yang bisa digeser sehingga kami mengalami kesulitan pada saat penghitungan. Selain itu, view dari microscope yang dipakai kemarin dirasa kurang maksimal sehingga petugas hitung agak kesulitan dalam melihat leukosit itu sendiri.
Konsentrasi eritrosit pada satwika mendekati normal, setiap perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa gangguan . nilai normal konstan konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan bahwa laju produksi dan dektruksi sel benar-benar seimbang. Pria sehat mempunyai kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah.wanita sehat mempunyai kira-kira 4.5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah. Pengaruh komulatif pemakaian dan perusakan mencapai derajad kritis bagi setiap sel, pada titik ini eritrosit dirusak dan dibersihkan dari peredaran oleh sel fagosit sistem retikuloendotelial. Lama hidup eritrosit mengikuti distribusi dengan rata-rata lama hidup kira-kira 127 hari.

V.                Simpulan 
Simpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
-          Jumlah SDM (sel darah merah) pada mahasiswa coba yang dijadikan sampel sekitar (satwika) 4.930.000 SDM/mm3 dan (septi) 2.260.000. Hal ini berarti, pada setiap mm3 darahnya terdapat sekitar (satwika) 4,9 juta eritrosit dam (septi) 2,2 juta eritrosit. Untuk pria sehat memiliki kira-kira 5 juta eritrosit dan untuk wanita sehat memiliki kira-kira 4,5 juta eritrosit dalam setiap mmdarah. Sehingga konsentrasi eritrosit pada satwika ini mendekati normal. Dan secara teori kosentrasi eritrosit pada septi tidak normal.
-          Pada praktikum digunakan larutan hayem tersebut berfungsi sebagai pengencer eritrosit dan memberi warna pada inti granula eritrosit dimana larutan ini memecah eritrosit dan trombosit tetapi tidak memecahleukosit maupun eritrosit berinti.

VI. Kemungkinan Terjadi Kesalahan terhadap hasil :
1.Kesalahan pada saat membuat pengenceran larutan, karena pada saat menghisap eritrosit dengan pipet eritrosit tidak tepat pada skala 0,5. Begitupula pada saat menghisap Larutan hayem sehingga konsentrasi larutan menjadi sedikit berbeda dengan petunjuk praktikum.
2. Kesalahan pada saat menghitung jumlah eritrosit, karena sulit untuk dalam mengamati eritrosit secara jelas pada kamar hitung meskipun sudah mempergunakan pembesaran yang maksimal. Disamping itu dibutuhkan tingkat ketelitian dari penghitung yang cukup tinggi agar data yang diperoleh lebih akurat.
3. Faktor sarana dan prasarana praktikum juga mempengaruhi akurasi data yang diperoleh, seperti terbatasnya jumlah ”tolly counter”, tidak tersedianya cover glass khusus, keterbatasan Jarum Franke, dan tidak tersedianya mikroskop dengan meja objek yang bisa digeser.

Daftar Pustaka
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia.   Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. LKM Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.

http://kadri-blog.blogspot.com/2010/11/pembahasan-eritrosit.html
Siswanto. 2008. Bahan Ajar Fisiologi. Laboratorium Fisiologi Universitas udayana. Denpasar.
Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta.
E-smartschool 2005. Fungsi Darah. [Online]. Tersedia: http://www.e-   smartschool.com/PNU/003/PNU0030011.asp, diakses pada sabtu 9 maret 2013 pukul 21.35
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.















Judul                                 : Menghitung Jumlah Leukosit
II.                Tujuan                              : Untuk Mengetahui jumlah leukosit
III.             Data Yang Di Dapatkan/Hasil:

Ruang Hitung Jumlah Leukosit
 
Ruang Hitung Jumlah Eritrosit

 
             
                           Gambar.1 Kamar Neubeuer      
(Sumber: www.google.com)
-          Tabulasi data
Nama Mahasiswa  : Luh Putu Dwijaningsih
Jenis Kelamin        : Perempuan
Berat badan           : 44 kg
Tinggi badan        : 153 cm
Umur                   : 21 tahun
Golongan darah    : B                               
Jumlah Leukosit    = 68.00 SDM/ mm3               
-          Tabulasi data
Nama Mahasiswa  : I Gede Agus Sindhu Mahardika
Jenis Kelamin        : Laki-laki
Berat badan           : 44 kg
Tinggi badan        : 153 cm
Umur                   : 20 tahun
Golongan darah    : 0                               
Jumlah Leukosit   = 6350 SDM/ mm3               

IV.             Pembahasan                         :
Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama saja dengan cara menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) hanya saja yang  digunakan pipet, kamar hitung dan larutan pengencernya adalah larutan Turk yang berbeda,  larutan Turk berwarna ungu karena penambahan larutan gentian violet yang bertujuan untuk memberi warna pada inti dari granula leukosit dimana larutan ini memecah eritrosit dan trombosit, tetapi tidak memecah leukosit maupun eritrosit berinti . Jika tadi pada saat menghitung sel-sel darah merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang kecil dengan jumlah 40 kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar hitung yang berukuran besar dengan jumlah 25 kamar.
            Dalam praktikum kemarin jumlah leukosit kelompok kami adalah (dwija) 6800 , dan kelompok lain (sindhu) 6350 . Pencarian sel leukosit lebih mudah dikarenakan bentuk selnya lebih besar dari sel eritrosit, selain itu sel leukosit juga tidak menggumpal.
Jumlah leukosit pada mahasiswa coba 1 (Dwija) 6800 dan mahasiswa coba 2 (sindhu) 6350 per ul darah sedikit menyimpang dari teori dimana jumlah leukosit yang normal pada orang dewasa berkisar antara 7000-10000 per ul darah. Terjadi perbedaan hasil antara hasil pengamatan terhadap jumlah sel darah pada literature. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor seeperti kesalahan praktikum ataupun tidak meratanya proses penghitungan itu sendiri. Kami menyadari banyak kesalahan yang menyebabkan data yang kami cantumkan di laporan kurang valid.
Akan tetapi jumlah leukosit dalam tubuh orang dewasa normal kira-kira 7000 dalam satu milliliter darahnya. Sehingga mahasiswa coba 1 dwija (6800) dan sindhu (6350) jumlah leukositnya mendekati normal. Peningkatan jumlah leukosit disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi pada infeksi pneumonia, appendicitis, dan infeksi lain yang akut. Dalam kondisi yang normal, leukositosis fisiologik dapat meningkat sampai 10.000, misalnya pada latihan, hamil, mandi dengan air dingin. Jika jumlah leukosit lebih daripada 10.000 per milliliter darah, maka hal ini sudah mengarah ke leukositosis patologik. Menurunnya jumlah leukosit disebut leucopenia (Citrawathi,2001).
Leukopenia  adalah keadaan  jumlah leukosit yang sedikit, sehingga orang ini tak terlindungi terhadap penyakit. Jumlah leukosit yang sedikit ini disebabkan oleh rusaknya sumsum tulang belakang akibat kanker. Sedangkan untuk keadaan jumlah leukosit yang sangat banyak dalam sirkulasi (sekitar 100000-200000±7500/mm3 disebut dengan Leukemia.

V.                Simpulan
-Dari uraian diatas saya dapat menyimpulkan bahwa : Jumlah leukosit pada mahasiswa coba 1 (Dwija) 6800 dan mahasiswa coba 2 (sindhu) 6350 per ul darah sedikit menyimpang dari teori dimana jumlah leukosit yang normal pada orang dewasa berkisar antara 7000-10000 per ul darah.  Sehingga kita menyimpulkan jumlah leukosit dari kedua mahasiswa coba tersebut mendekati normal.
-Terjadi perbedaan hasil antara hasil pengamatan terhadap jumlah sel darah pada literature. Hal ini di pengaruhi oleh factor-faktor seeperti kesalahan praktikum ataupun tidak meratanya proses penghitungan itu sendiri
- Pada praktikum digunakan larutan turk tersebut berfungsi sebagai pengencer leukosit dan member warna pada inti granula leukosit dimana larutan ini memecah trombosit tetapi tidak memecahleukosit maupun eritrosit berinti.

VI.             Kemungkinan Terjadi Kesalahan terhadap hasil :
  1. Kendala yang pertama dialami adalah sulitnya mencari kotak – kotak  Haemocytometer. Hampir setengah jam kelompok kami mencari kotak – kotak Haemocytometer dengan bantuan mikroskop.
  2. Perbedaan yang sangat jauh antara hasil percobaan dengan literatur bisa disebabkan oleh banyak faktor
  3. Kondisi alat percobaan yang kurang optimal
  4. Akurasi pengliahatan praktikan yang terbatas sehingga banyak sel yang tidak terlihat atau terlewat dari pandangan.
5.      Kurangnya konsentrasi praktikan saat perhitungan
6.      Apabila darah terlalu lama didiamkan maka akan terjadi penggumpalan sehingga menyebabkan bercak – bercak hitam ketika dilakukan penglihatan melalui mikroskop. Disarankan agar sebelum mengambil darah, dicari dahulu kotak – kotak Haemocytometer

VII.          Jawaban Pertanyaan
1.      Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit seseorang.
Jawab :
                        Jumlah eritrosit:
a)      Jenis Kelamin
Pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1 – 5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3 – 5,2 juta per mililiter kubik darah.
b)      Usia
Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak anak.
c)      Tempat Ketinggian
Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah ertrosit lebih banyak.
d)     Kondisi Tubuh Seseorang
Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah ertrosit dalam darah
            Jumlah Leukosit yaitu jenis kelamin, umur, iklim, kondisi tubuh seseorang
2.      Adakah kemungkinan timbul suatau kesalahan dalam perhitungan sel darah dengan cara seperti di atas? Jelaskan.
Jawab: Kesalahan – kesalahan pada tindakan menghitung leukosit
1. Jumlah darah yang diisap ke dalam pipet itu tidak tepat jika :
a. Bekerja terlalu lambat sehingga ada bekuan darah.
b. Tidak mencapai garis tanda 0,5.
c. Membaca dengan paralaks.
d. Memakai ppet basah.
e. Mengeluarkan lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati garis tanda 0,5
2. Pengenceran dalam pipet salah jika :
a. Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali ke dalam botol berisi larutan turk.
b. Tidak mengisap cairan turk tepat sampai garis 11.
c. Terjadi gelembung udara di dalam pipet pada waktu mengisap larutan turk.
d. Terbuang sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada waktu mencabut karet penghisap dari pipet.
3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan turk.
4. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.
6. Yang bertaian dengan kamar hitung dan teknik menghitung :
a. Kamar hitung atau kaca penutup kotor.
b. Ada gelembung udara termasuk beberapa dengan cairan.
c. Letak kaca penutup salah.
d. Meja mikroskop tidak datar air.
e. Salah mengihtung sel yang menyinggung garis – garis batas.
f. Kaca penutup tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop
Daftar Pustaka
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia.   Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. LKM Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.

Wikipedia. 2009. Darah. dan Fungsinya. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/ Darah  dan Fungsinya, diakses pada sabtu 9 maret 2013 pukul 22.00

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082001/her-1.htm, diakses sabtu 19 maret 2011 pukul 22.00


0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer