Selamat Membaca Semoga Informasi di Blog Saya Bermanfaat ^^

Rabu, 29 Mei 2013

PRAKTIKUM IV
PEMERIKSAAN DENYUT NADI DAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH

By : Ni Putu Mawar Larassatiningtias (1013041034)

I.                   Judul        : Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah
II.                Tujuan     :
1.      Memeriksa denyut nadi dan tekanan darah
2.      Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah
3.      Mengamati dan mempelajari pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah

III.             Data yang di dapatkan/Hasil:
Tabel 1 : Data Denyut nadi dan tekanan darah semua anggota kelas
No
Nama siswa
Denyut Nadi
Palpasi (Tek.Sistole)
Auskultasi
Tekanan Sistole
Tekanan Diastole
I
II
III

I
II
III
I
II
III
1
Sagung Inten Astari
100
98
99
90
90
90
90
60
60
60
2
Ni Kadek Ari Astiti
85
88
85
90
110
110
108
70
70
68
3
Ni Wayan Septiari
65
68
66
110
100
110
90
60
70
60
4
I Wayan Jaya Antara
88
85
81
110
110
110
110
80
80
80
5
Ni Wayan Ratna Kesuma Dewi
83
79
82
80
98
100
98
70
70
68
6
Uru Candra Nuari
79
82
84
120
110
120
110
60
80
70
7
Putu Yudharini Arisuta
84
88
84
110
100
100
100
70
70
70
8
Heri Budiatmoko
68
73
68
120
110
130
120
60
80
70
9
I Gusti Ngurah Yuda Pranata
83
86
85
110
122
125
115
96
80
78
10
I Wayan Suta Wibawa
72
85
73
70
90
95
98
65
70
70
11
Devilitha Ari Kusuma
74
76
71
110
90
90
90
60
60
60
12
I Made Soni Ari Pratama
66
65
66
100
90
90
90
40
40
40
13
Putu Bintang Orissa
73
70
72
100
95
95
95
60
60
60
14
Adi Purusha Das
78
78
76
110
100
100
100
40
40
40
15
Ni Made Adi Kencana Wati Tira
65
67
66
110
100
100
90
60
70
60
16
Gede Agus Sri Satwika
83
80
83
100
110
100
100
70
70
70
17
Luh Putu Dwijaningsih
97
85
97
120
120
120
120
60
60
60
18
Ni Putu Mawar Larassatiningtias
76
90
96
120
120
120
120
70
70
70
19
I Gede Agus Sindhu Mahardika
78
78
78
90
105
105
105
40
40
40
20
I  Wayan Angga Bradnyana
76
80
77
120
120
120
120
80
80
80

Tabel 2 : Data Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah
a.      Dari Kelompok 1
Nama :  I Wayan Jaya Antara
Umur : 21 tahun
Posisi Tubuh
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Berbaring Telentang
1.      88
1.      110
1.      80

2.      85
2.110
       2. 80
3.      81
3.110
       3. 80
Rata-rata =84,7
Rata-rata= 110
Rata-rata = 80
Duduk
1.      82
1.      110
1.      90

2.      89
2.110
      2. 90
3.      86
3.110
      3. 90
Rata-rata = 85,7
Rata-rata = 110
Rata-rata = 90
Berdiri
1.      95
1.      110
1.      90

2.      98
2. 110
       2. 80

3.      96
3. 110
       3. 90

Rata-rata = 96,3
Rata-rata = 110
Rata-rata = 86,7

b.      Data Kelompok 2
Nama : Ni Made Kencana Wati Tira
Umur : 20 tahun
Posisi Tubuh
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Berbaring Telentang
1. 65
1.110
1. 60

2. 63
2. 110
       2. 60
3. 62
3. 110
       3. 60
Rata-rata = 63,3
Rata-rata= 110
Rata-rata = 60
Duduk
1.      68
1. 110
1.      60

2. 69
2. 110
      2.  60
3 67
3. 110
      3.  70
Rata-rata= 68
Rata-rata = 110
Rata-rata = 63,3
Berdiri
1.      71
1.      110
1.      60

2. 67
2. 110
       2.  70

3. 69
3. 110
       3. 60

Rata-rata = 69
Rata-rata = 110
Rata-rata = 63,3

c. Data Kelompok 3
Nama :  Adi Purusha Das
Umur : 20 tahun
Posisi Tubuh
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Berbaring Telentang
1
1.       
1.       

2
2.
       2.
3
3.
       3.
Rata-rata =
Rata-rata=
Rata-rata =
Duduk
1
1.       
1.       

2
2.       
2
3
3
3.       
Rata-rata=
Rata-rata =
Rata-rata =
Berdiri
1.       
1.       
1.       

2
2.       
      2.

3
3.       
      3.

Rata-rata
Rata-rata =
Rata-rata =

d.      Data Kelompok 4
Nama :  I Wayan Suta Wibawa
Umur : 21 tahun
Posisi Tubuh
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Berbaring Telentang
1.78
      1.90
     1.65

2. 85
2. 95
     2. 70
3. 73
3. 98
     3. 70
Rata-rata = 76,67
Rata-rata= 94,3
Rata-rata =68,3
Duduk
1. 88
     1. 96
     1. 80

2. 79
     2. 96
     2. 74
3. 76
     3. 100
     3. 70
Rata-rata= 81
Rata-rata = 97,3
Rata-rata = 74,7
Berdiri
1. 83
     1. 96
     1. 80

2. 80
     2. 94
     2. 74

3. 84
     3. 92
     3. 70

Rata-rata = 82,3
Rata-rata = 94
Rata-rata = 74,7

Tabel 3. Pengaruh Latiha Fisik terhadap Denyut Nadi dan Tekanan darah
a.      Data Kelompok 1
Nama : I Wayan  Jaya Antara
Umur : 21 tahun
Waktu
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Pra Latihan
1. 93
1. 110
1.90

2. 92
2. 110
2. 80
3. 91
3. 110
3. 80
Rata-rata = 92
Rata-rata= 110
Rata-rata = 83,3
Pasca Latihan
Menit ke 1
85
120
70
Menit ke 3
79
120
70
Menit ke 5
91
110
80

b.      Data Kelompok 2
Nama : Ni Made Adi Kencana Wati Tira
Umur : 20 tahun
Waktu
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Pra Latihan
1.82
1. 130
1. 78

2. 80
2. 130
2. 74
3. 79
3. 130
3.70
Rata-rata = 80,3
Rata-rata= 130
Rata-rata = 74
Pasca Latihan
Menit ke 1
82
130
60
Menit ke 3
80
130
68
Menit ke 5
79
130
70
c.       Data Kelompok 3
Nama : Adi Purusha Das
Umur : 20 tahun
Waktu
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Pra Latihan
1.
1.
1.

2.
2.
2.
3.
3.
3.
Rata-rata =
Rata-rata=
Rata-rata =
Pasca Latihan
Menit ke 1
99
120
60
Menit ke 3
92
100
70
Menit ke 5
89
100
70
Menit ke 7
76
100
70
d.      Data kelompok 4
Nama : I Wayan Suta Wibawa
Umur : 21 tahun
Waktu
Denyut Nadi
Tek. Sistolik
Tek. Diastolik
Pra Latihan
1.79
1. 96
1. 78

2. 79
2. 92
2. 74
3. 83
3. 98
3. 70
Rata-rata = 80,3
Rata-rata= 95,3
Rata-rata = 74
Pasca Latihan
Menit ke 1
96
96
70
Menit ke 3
85
100
72
Menit ke 5
80
100
72
Menit ke 7
75
90
72

IV.  Pembahasan
a. Denyut Nadi
Hasil denyut nadi dan tekanan darah Pada hasil pemeriksaan denyut nadi secara palpasi, didapatkan hasil rata-rata 80 denyut/menit dengan irama yang teratur. Pada percobaan ini kami menggunakan arteri radialis dextra dan arteri brachialis dextra karena denyut pada tempat tersebut sangat besar sekali. Denyut nadi tiap orang berbeda-beda tergantung dari emosi, pekerjaan, makanan, aktivitas, cara hidup dan lain-lain
Pada praktikum ini pemeriksaan denyut nadi dilakukan pada arteri radialis. Setelah dibandingkan, terlihat rata-rata denyut nadi laki-laki lebih besar dibandingkan denyut nadi rata-rata perempuan. Hal ini dikarenakan volume eritrosit pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada perempuan. Denyut nadi normal pada orang dewasa yang sedang istirahat  adalah 60 sampai 80 per menit dengan irama teratur.
Denyut nadi akan menjadi lebih cepat ketika gerak badan dan ketika seseorang sedang ketakutan, gelisah, atau menderita panas. Umumnya, nadi akan meningkat 20 denyutan setiap menitnya untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius pada serangan panas. Denyut nadi yang tidak teratur dan lemah dapat terjadi karena denyut ventrikel yang terlampau lemah untuk membuka katup aorta sehingga denyutan pada pergelangan tangan tidak teraba dengan jelas.
b. Tekanan darah
Selain mengukur denyut nadi kami juga melakukan pengukuran tekanan darah secara palpasi dan auskultasi. Secara teoritis tekanan sistolik baik diukur secara palpasi maupun auskultasi menghasilkan hasil yang sama tapi dari hasil percobaan didapatkan hasil yang berbeda. faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan yaitu kesalahan dari pemeriksa karena terdapat kerusakan pada tensimeter
Pengukuran tekanan darah pada praktikum ini dilakukan dengan metode palpasi dan auskultasi. Metode palpasi yaitu pemeriksaan tekanan darah dengan spygmomanometer dan jari tangan untuk mendeteksi tekanan sistolik dari arteri radialis. Metode auskultasi yaitu pemeriksaan tekanan darah dengan sphygmomanometer dan bantuan stetoskop untuk mendeteksi tekanan sistolik dan diastolik melalui arteri brakhialis.
Untuk seorang manusia sehat berusia 20 tahun dalam kondisi istirahat, tekanan darah arteri di dalam sirkuit sistemik biasanya sekitar 120 mmHg untuk sistol dan 70 mmHg untuk diastole (120/70). Posisi tubuh seseorang mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darahnya.

c. Pengaruh posisi terhadap denyut nadi dan tekanan darah
Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Secara teori sebenarnya posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan tekanan darah. Hal ini karena ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horisontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. pada saat duduk maupun berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat. Tetapi dalam percobaan kali ini kami dapatkan hasil dimana tekanan darah berbaring lebih tinggi daripada pada saat duduk dan berdiri. Hal ini merupakan kesalahan pemeriksa dalam melakukan pengukuran.
Pada praktikum ini dilakukan tiga posisi dalam pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah yaitu berbaring, duduk dan berdiri. Dari ketiga posisi tersebut denyut nadi dan tekanan darah rata-rata meningkat berturut-turut dari berbaring hingga berdiri. Hal ini dikarenakan pada saat berbaring, kondisi tubuh lebih relaks dibandingkan dua posisi lainnya. Pada saat berdiri anggota gerak bawah, melakukan sedikit kontraksi untuk mempertahankan keadaan. Sehingga jaringan tubuh bagian bawah membutuhkan lebih banyak nutrisi, sehingga jantung harus memompa lebih keras, sehingga tekanan darah meningkat.
d. Pengaruh aktivitas fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah
Pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Hasil percobaan menunjukkan ada peningkatan denyut nadi, tekanan sistolik, dan tekanan diastolik setelah melakukan latihan fisik seperti naik turun bangku. Hal ini disebabkan karena perubahan yang besar dalam sistem sirkulasi dan pernapasan. Pada menit pertama terjadi kenaikan denyut nadi dan tekanan darah yang drastis karena masih belum biasa melakukan hal tersebut tapi lama kelamaan tekanan darah dan denyut nadi menurun karena kerja jantung kembali normal.
Pada praktikum ini, mahasiswa coba melakukan aktivitas fisik berupa naik-turun tangga selama dua menit. Dalam dua menit dilakukan 80 kali naik-turun tangga. Hasil pengamatan terlihat peningkatan jumlah denyut nadi dan tekanan darah setelah melakukan aktivitas.
Selama latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke organ yang aktif. Dalam kegiatan ini organ yang aktif adalah otot yang membutuhkan banyak O2 untuk melakukan kontraksi. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi sekuncup dan denyut jantung. Disaat melakukan latihan fisik maka otot jantung akan mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam jantung selama kontraksi sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula.
 Selama gerak tubuh juga terjadi peningkatan tekanan arteri. Peningkatan ini terjadi karena adanya pencetusan simpatis dan vasokonstriksi sebagian besar pembuluh darah. Selain itu, juga karena adanya respon kardiovaskular terhadap kontraksi otot. Dalam proses kontraksi otot ini, diperlukan energi berupa ATP. Dalam menghasilkan energi, maka sel-sel otot akan melakukan metabolisme. Dalam metabolisme pembentukan energi ini dibutuhkan ion-ion tertentu dan oksigen yang dibawa oleh aliran darah. Semakin besar metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya. Hal ini akan dikompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh. Pengaturan kardiovaskular terlihat dengan segera bersamaan dengan aktivitas yang dilakukan. Kerja ini juga berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama aktivitas berlangsung.
5 dari 6 praktikan menunjukan denyut nadi akan kembali normal pada menit ke-7, hal ini menandakan jaringan tubuh sudah mulai menstabilkan kembali keadaanya pada menit ke-7. Tekanan darah dua praktikan kembali stabil pada menit ke-3, dua lainnya pada menit ke-5 dan dua terakhir pada menit ke-7.

V.                Simpulan 
Simpulan dari praktikum denyut nadi dan tekanan darah adalah :
1.      Tekanan darah dapat diukur dengan 2 metode yaitu Metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah metode yang  menggunakan jarum atau kanula tetapi cara ini sudah jarang digunakan.sedangkan metode tidak langsung menggunakan sphygmomanometer. Metode tidak langsung dapat diukur dengan 2 cara, yaitu dengan  cara palpasi : dapat mengukur tekanan sistolik dan dengan cara auskultasi :dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
2.       Pengaruh posisi tubuh dapat mempengaruhi tekanan darah. Karena itulah denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berdiri > posisi duduk > berbaring/terlentang
3.      Latihan fisik dapat mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah meningkat karena jantung perlu kerja extra untuk memenuhi segala kebutuhan selama latihan fisik terutama kebutuhan oksigen sehingga jantung harus memompa lebih cepat. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut nadi dan tekanan darah meningkat

IV.             Jawaban Pertanyaan      :

1.      Tekanan darah adalah kecepatan aliran persatuan luas dinding pada pembuluh darah yang diberikan oleh cairan darah yang mengalir.
2.      Arteri radialis dextra, Arteri radialis sinistra, Arteri branchialis dextra
3.      Perbedaan pemeriksaan tekanan darah dengan cara palpasi dan auskltasi
Pembeda
Palpasi
Auskultasi
Konsep Teori
Pemeriksaan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan parsial dr manset yang diploma, setelah beberapa saat tak akan teraba. Kemudian manset dikempiskan perlahan-lahan.Hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
Pemeriksaan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun pada auskultasi terjadi 2 denyutan sistolik & Diastolic atau yang lebih dikenal sebagai Korotkoff I &IV

Sarana
Jari II,III,IV dan sphygmomanometer
Stethoscope dan Sphygmomanometer
Prosedur
- Letakkan lengan yang hendak diukur tekanan darahnya (lengan kanan)di sisi tubuh dengan kedudukan volar. 
- Pasang manset pada lengan atas kanan, sekitar 3 cm diatas fossa 
cubuiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
- Raba serta rasakan denyut arteri radialis dextra
- Pompakan udara kedalam manset ( menggunakan pompa udara) sampai 
denyut arteri radialis dextra tak teraba.
- Pompakan terus udara kedalam manset sampai tinggi Hg pada 
manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut 
arteri radialis dextra tak terasa
- Keluarkan udara dalam manset secara pelan dan berkesinambungan (dengan memutar sekrup pada pompa udara berlawanan dengan arah 
jarum jam )
- Catat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali
teraba kembali menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari
- Lengan tetap berada disisi tubuh dengan kedudukan volar.
- Tentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada 
fossa cubiti dan letakkan stethoscope ( bell stethoscope) diatas 
arteria brachialis dextra tersebut.
- Pompakan udara kedalam manset, maka saudara akan mendengar suara 
bising arteria brnchialis dextra melalui stethoscope
- Teruskan memompa udara kedalam manset, pada suatu saat suara 
bising arteria brachialis dextra akan menghilang
- Pompakan terus udara kedalam manset sampai tingi Hg pada 
manometer sekitar 20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara 
bising arteri branchialis dextra telah menghilang
- Keluarkan udara didalam manset secara pelan dan berkesinambungan, 
maka saudara akan mendengar:
1.Suara Korotkoff I
Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
2.Suara Korotkoff IV dan V
Nilai ini menunjukkan besar tekanan diastolic secara Auskultasi.

Hasil
Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya kurang akurat bila dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah
Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolic.
Hasilnya lebih akurat dibandingkan pengukuran secara palpasi.

4.      Pemeriksaan pada lengan atas kanan hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari jantung dibandingkan dengan lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan tepat.
5.      Ya berpengaruh. Cara pemasangannya haruslah tepat yaitu tidak terlalu ketat dan tidak terlalu longgar. 
              a..Apabila terlalu longgar : 
-bunyi yang terdengar lemah 
-menghasilkan tekanan darah yang tinggi. 
b.Apabila terlalu ketat: 
-tekanan yang didapat sangat besar sehingga kadang suara orotkoff
tidak terdengar 
-menghasilkan tekanan darah menjadi lebih rendah dari  eharusnya.
6. Mekanisme Bunyi Korotkoff adalah
            a.Bunyi Korotkoff I 
- Kontraksi ventrikel mula-mula menyebabkan aliran balik darah secara tiba-tiba mengenai katup -V ( katup mitral dan katup tricuspid )
- Katup menutup dan mencembung kearah atrium sampai korda tendinea secara tiba-tiba menghentikan pencembungan ini
- Elastisitas korda tendinae dan katup yang tegang kemudian akan mendorong darah bergerak Kembali ke ventrikel-ventrikel yang bersangkutan
- Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta katup yang tegang bergetar dan menimbulkan turbulensi getaran dalam darah
- Getaran kemudian merambat melalui jaringan di dekatnya ke dinding dada sehingga terdengar sebagai bunyi Korotkoff I dengan menggunkan sthetoscop
b.Bunyi Korotkoff II
- Ditimbulkan oleh penutupan katup semilunaris yang tiba-tiba pada akhir systole
Mekanisme :
1.Ketika katup semilunaris menutup, katup ini menonjol kea rah ventrikel dan regangan elastic katup akan melentingkan darah kembali ke arteri
2.Menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah antara dinding arteri dan katup semilunarasi, dan juga antara katup dan dinding ventrikel dalam waktu singkat
3.Getaran yang terjadi di dinding arteri kemudian dihantarkan terutama di sepanjang arteri
4.Bila getaran dari pembuluh atau ventrikel mengenai dinding suara (mis:dinding dada), getaran ini menimbulkan suara yang dapat didengar
c.Bunyi Korotkoff III
Bunyinya lemah dan bergemuruh dan terdengar pada awal sepertiga bagian tengah diastole.Terjadi karena osilasi darah yang bolak-balik antara dinding-dinding ventrikel yang dicetuskan oleh masuknya darah dari atrium.
Bunyi ini baru terdengar saat sepertiga bagian tengah diastole karena pada permulaan diastole, ventrikel belum cukup terisi sehingga belum terdapat tegangan elastic yang cukup dalam ventrikel untuk menimbulkan lentingan
Frekuensi bunyi ini biasanya sangat rendah, sehingga telinga kita tidak dapat mendengarkannya namun bunyi seringkali dapat direkam pada fonokardiogram
d.Bunyi Korotkoff IV
Bunyi ini timbul saat atrium berkontraksi yang disebabkan oleh meluncurnya darah ke dalam ventrikel sehingga menimbulkan getaran seperti yang terjadi pada bunyi jantung yang ke III
e.Bunyi Korotkoff V
Digunakan untuk mengukur tekanan diastolic..Korotkoff V lebih baik, karena korotkoff V adalah suara terakhir yang didapatkan dari pemompaan tekanan darah. Korotkoff IV nyaris tak terdengar, Korotkoff V terdengar lebih jelas meskipun pelan

7.      Ada perbedaan Pada atlet pemulihan denyut nadi dan tekanan darah jauh lebih cepat dibandingkan dengan non atlet, hal ini disebabkan karena jantung atlet lebih tebal dan lebih kuat sehingga denyut nya lebih stabil (tidak mengalami perubahan drastis). Oleh karena itu bila dilakukan pemeriksaan post exercise, pemulihan denyut nadi dan tekanan darah lebih cepat daripada non atlet.
8.      .a. Posisi tubuh sangat mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah dari seseorang.
Teori : peningkatan curah jantung menjadi hal dasar untuk menyediakan sejumlah besar oksigen dan zat makanan lain yang dibutuhkan oleh otot-otot yang bekerja. Karena itulah denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berdiri > posisi duduk > berbaring/terlentang
b.Hasil praktikum tidak sesuai dengan teori, yaitu tekanan darah pada saat posisi berbaring paling besar dibandingkan posisi duduk dan berdiri.
c.Karena terjadi kesalahan, yaitu : pada saat pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah, mahasiswa coba melakukan aktivitas lain, sehingga hasil percobaannya tidak sesuai dengan teori.
9.      a. Latihan fisik dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis , yang dapat menimbulkan peningkatan tekanan arterial, sehingga jg meningkatkan denyut nadi dan tekanan darah (pengeluaran dan pengembalian darah ke jantung)
b.Hasil percobaan sesuai dengan teori
10.  Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
·         Jumlah darah yang ada di peredaran yang dapat membesarkan pembuluh darah.
·         Aktivitas memompa jantung yaitu memotong darah sepanjang pembuluh darah.
·         Tekanan terhadap pembuluh darah dan elastisitas dinding pembuluh darah
·         Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit.
11.  Tekanan darah tinggi dan tekanan darah rendah berbahaya, karena apabila menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, pembuluh darah bisa pecah dan akhirnya timbul penyakit seperti stroke. Penderita hipertensi memiliki resiko menderita penyakit jantung yang agak lebih besar daripada mereka yang memiliki tekanan darah yang lebih rendah.
Sedangkan tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan darah seseorang jauh lebih dari pada biasanya. Yang dapat menyebabkan gejala pusing/tidak bisa berpikir secara jernih atau bergerak dengan mantap (light headedness). Jika tekanan darah terlampau rendah, aliran darah ke jantung, otak, dan organ vital lainnya tidak cukup. Tekanan darah rendah juga dapat menyebabkan penderita sering mengalami pusing, kondisi tubuh lemah dan juga bisa tidak sadarkan diri (pingsan).

Kemungkinan Terjadinya kesalahan terhadap hasil disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1.       Alat yang digunakan pada saat praktikum kebanyakan rusak, sehingga beberapa alat tidak bisa di pakai
2.      Pada saat melakukan praktikum pengukuran denyut nadi, kita menggunakan secara manual dengan jari-jari tangan sehingga data yang di hasilkan menjadi berubah-ubah, di sebabkan banyak faktor, mulai dari kurangnya kosentrasi saat merasakan denyut nadi, dan ketelitian dalam menghitung
3.      Pada saat pengukuran tekanan darah banyak kendala yang di alami karena saat pengukuran, kendala tersebut yaitu
-          Terlalu bisingnya kelas sehingga kami kurang kosentrasi pada saat mendengar tekanan sistolik dan diastolic
-          Stetoskop yang dipakai, karena kita masih pemula sehingga saat menekannya di arteri brachialis terasa bising, karena mahasiswa coba banyak bergerak, dan jari yang di pkai menekan stetoskop gemetar, sehingga membuat kami kurang jelas mendengar denyut nadi tersebut.
4.      Data yang di dapatkan banyak menyimpang dikarenakan tidak seragamnya perlakuan yang di berikan pada mahasiswa coba,  sehingga data yang di dapatkan sangat bervariasi.
5.      Perlakuan fisik data menyimpang di karenakan tidak serius dalam melakukan gerakan disebabkan karenakan sebelumnya sudah lelah melakukan praktikum dan dikarenakan di kejar waktu yang sedikit

Daftar Pustaka
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Citrawathi,D.M.,dkk. 2001. LKM Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI Jakarta
http://www.bugisbagus.com/2009/03/pengukuran-tekanan-darah.html


0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer