PRAKTIKUM I
JUMLAH ERITROSIT DAN LEUKOSIT
By : Ni Putu Mawar Larassatiningtias
(1013041034)
I.
Judul
: Menghitung Jumlah Eritrosit
II.
Tujuan
Praktikum : Untuk mengetahui jumlah eritrosit
III.
Data
Yang Di Dapatkan :
|
|






Gambar.1
Kamar Neubeuer
I.
(Sumber:
www.google.com)
-
Tabulasi
data
Nama
Mahasiswa : I Gede Agus Sri Satwika
Jenis
Kelamin :
Laki-laki
Berat
badan : 67 kg
Tinggi
badan : 173 cm
Umur
: 20 tahun
Golongan
darah : 0
Jumlah
Eritrosit = 4.930.000 SDM/mm3
-
Tabulasi
data
Nama
Mahasiswa : Ni Wayan Septiari
Jenis
Kelamin : Perempuan
Berat
badan : 44 kg
Tinggi
badan : 153 cm
Umur
:
20 tahun
Golongan
darah : 0
Jumlah
Eritrosit = 2.260.000 SDM/ mm3
IV.
Pembahasan
Untuk mengetahui jumlah eritrosit
dapat dilakukan penghitungan eritrosit dengan menggunakan hemasitometer. Agar
leukosit tidak menggangu dalam proses penghitungan, maka dihancurkan dengan
menambahkan larutan Hayem, larutan ini
dibuat dari campuran senyawa natrium sulfat (berair kristal) 5g, natrium
klorida 1g, merkuri klorida 0,5g dan air ditambahkan hingga volumenya menjadi
200 ml. Larutan harus disaring sebelum dipakai. Fungsinya untuk mengencerkan
darah merah (eritrosit) dalam pipet eritrosit, lalu kemudian dimasukkan kedalam
kamar hitung Hemasitometer..
Dengan pengenceran darah 200x menggunakan pipa toma, kemudian sel dihitung
setiap 1 ml darah, di bawah mikroskop dengan glass neaubaeuer
Pada praktikum kali ini bertujuan menghitung jumlah Sel
darah merah pada darah manusia. Alat-alat yang praktikun yang digunakan adalah
toma hemasitometer (chounting chamber), pipet khusus bertanda ‘101’, bilik
hitung, blood lancet steril (disposable), etil alkohol 70%, kapas dan larutan
hayem.
Cara kerja yang praktikan lakukan adalah Mensterilkan kulit
ujung jari tengah dengan kapas alkohol dan biarkan sampai kering, Menusuk ujung
jari tengah naracoba dengan blood lancet steril ( disposable) sehingga darah
keluar, Menyiapkan pipet khusus untuk menghitung sel darah merah ( ada kristal
yang berwarna merah) dengan tanda 101. Memastikan pipet selalu dalam keadaan
kering dan bersih, Mengambil darah langsung dari naracoba dengan menggunakan
pipet khusus sampai melebihi tanda 0,5, kemudian membersihkan ujungnya dengan
kertas tissu sehingga bersih dan darah tepat pada batas 0,5, kemudian segera
menghisap dengan pipet dan menghisap larutan hayem sampai batas tanda 101,
kemudian meletakkan pipet pada posisi hirizontal. selanjutnya memegang kedua
ujung pipet dengan ibu jari dan telunjuk lalu menggerakkan secara
perlahan-lahan agar darah bercampur dengan reagen, menyiapkan dan membersihkan
bilik hitung (chamber accaunting) dan kaca penutupnya dengan kertas tissue.
menaruh bilik hitung tersebut di meja mikroskop dan menjepitnya dengan
seksama kemudian mengamati bagian-bagian dari bilik hitung dengan mempergunakan
perbesaran lemah (10x4) sampai jelas betul letak kotak-kotaknya, meneteskan
cairan darah yang telah dicampur dengan larutan hayem dalam pupet sebanyak satu
tetes lewat tepi kaca penutup dari bilik hitung sehingga cairan merata ke semua
bilik hitung, memeriksa dengan perbesaran lemah (10X4) dan mencari kotak tengah
dari bilik hitung. kotak tersebut masih dibagi lagi menjadi 25 kotak kecil,
tiap kotak kecil tersebut masih dibagi lagi menjadi 16 kotaj kecil, menghitung
jumlah SDM dengan perbesaran 10X10 dengan menggunakan alat counter, dan untuk
menghemat waktu, dipilh 5 kotak sampel . sampelnya yaitu bagian kanan atas,
kiri atas, kanan bawah, tengah dan kiri bawah. setelah mengetahui jumlah SDM
maka segera memasukkan ke dalam rumus
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan darah 2 mahasiswa
coba yaitu Gede Agus Sri Satwika dan Septiari
sebagai sampel. Saat pengambilan sampel kedua orang mahasiswa ini berumur
20 tahun . Kedua mahasiswa coba tersebut memiliki golongan darah O dengan berat
badan (satwika) 67kg dan (septi) 44kg dan tinggi (satwika) 173 cm dan (septi)153 cm.
Pada perhitungan menggunakan bilik hitung, didapatkan hasil.
Kemudian hasil tersebut dijumlahkan, sehingga sel darah merah yang terdapat
pada bilik hitung tersebut terdapat sekitar (satwika) 493 dan (septi) 226 sel. Kemudian hasil tersebut
dikalikan dengan 10.000 sehingga jumlah SDM per mm3 sebanyak
s(atwika) 4.930.000 dan (septi) 2.260.000. Hal ini berarti, pada setiap mm3 darahnya
terdapat sekitar (satwika) 4,9 juta dan (septi) 2,2 juta eritrosit. Untuk Pria
sehat memiliki kira-kira 5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah
. Dan untuk wanita sehat memiliki kira-kira 4,5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah.
Sehingga konsentrasi eritrosit pada I Gede Agus Sri Satwika dengan jumlah 4,9
juta ini mendekati normal, sedangkan
pada I wayan septiari yang jumlahnya 2,2 juta mengalami gejala tidak normal.
Secara teoritis, jumlah
perhitungan leukosit pada septiari kali ini termasuk dalam hitungan abnormal.
Akan tetapi kami mengakui bahwa data tersebut masih belum akurat karena pada
saat praktikum. Kami masih mengalami banyak kendala seperti : kerterbatasan
jumlah tolly counter, sulit untuk
menghisap eritrosit dengan pipet supaya tidak menimbulkan gelembung,
pengenceran larutan yang sedikit berlebihan, tidak ada coverglass kamar hitung sehingga kami menggunakan coverglass biasa, mikroskop yang kami
pergunakan tidak memiliki meja objek yang bisa digeser sehingga kami mengalami
kesulitan pada saat penghitungan. Selain itu, view dari microscope yang dipakai
kemarin dirasa kurang maksimal sehingga petugas hitung agak kesulitan dalam
melihat leukosit itu sendiri.
Konsentrasi eritrosit pada satwika mendekati normal, setiap
perubahan dari nilai normal digunakan sebagai indikator bagi beberapa gangguan
. nilai normal konstan konsentrasi eritrosit menggambarkan kenyataan bahwa laju
produksi dan dektruksi sel benar-benar seimbang. Pria sehat mempunyai kira-kira
5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah.wanita sehat mempunyai kira-kira 4.5
juta eritrosit dalam setiap mm3 darah. Pengaruh komulatif
pemakaian dan perusakan mencapai derajad kritis bagi setiap sel, pada titik ini
eritrosit dirusak dan dibersihkan dari peredaran oleh sel fagosit sistem
retikuloendotelial. Lama hidup eritrosit mengikuti distribusi dengan rata-rata
lama hidup kira-kira 127 hari.
V.
Simpulan
Simpulan dari praktikum
ini adalah sebagai berikut
-
Jumlah
SDM (sel darah merah) pada mahasiswa coba yang dijadikan sampel
sekitar (satwika) 4.930.000 SDM/mm3 dan (septi) 2.260.000. Hal
ini berarti, pada setiap mm3 darahnya terdapat sekitar
(satwika) 4,9 juta eritrosit dam (septi) 2,2 juta eritrosit. Untuk pria sehat
memiliki kira-kira 5 juta eritrosit dan untuk wanita sehat memiliki kira-kira
4,5 juta eritrosit dalam setiap mm3 darah. Sehingga konsentrasi
eritrosit pada satwika ini mendekati normal. Dan secara teori kosentrasi
eritrosit pada septi tidak normal.
-
Pada
praktikum digunakan larutan hayem tersebut berfungsi sebagai pengencer
eritrosit dan memberi warna pada inti granula eritrosit dimana larutan ini
memecah eritrosit dan trombosit tetapi tidak memecahleukosit maupun eritrosit
berinti.
VI. Kemungkinan Terjadi Kesalahan
terhadap hasil :
1.Kesalahan
pada saat membuat pengenceran larutan, karena pada saat menghisap eritrosit
dengan pipet eritrosit tidak tepat pada skala 0,5. Begitupula pada saat
menghisap Larutan hayem sehingga konsentrasi larutan menjadi sedikit berbeda
dengan petunjuk praktikum.
2.
Kesalahan pada saat menghitung jumlah eritrosit, karena sulit untuk dalam
mengamati eritrosit secara jelas pada kamar hitung meskipun sudah mempergunakan
pembesaran yang maksimal. Disamping itu dibutuhkan tingkat ketelitian dari
penghitung yang cukup tinggi agar data yang diperoleh lebih akurat.
3.
Faktor sarana dan prasarana praktikum juga mempengaruhi akurasi data yang
diperoleh, seperti terbatasnya jumlah ”tolly
counter”, tidak tersedianya cover
glass khusus, keterbatasan Jarum Franke, dan tidak tersedianya mikroskop
dengan meja objek yang bisa digeser.
Daftar Pustaka
Citrawathi,D.M.,dkk.
2001. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Citrawathi,D.M.,dkk.
2001. LKM Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja
Syamsuri,
Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.
http://kadri-blog.blogspot.com/2010/11/pembahasan-eritrosit.html
Siswanto.
2008. Bahan Ajar Fisiologi. Laboratorium Fisiologi Universitas
udayana. Denpasar.
Sadikin,
M. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika. Jakarta.
E-smartschool 2005. Fungsi Darah. [Online]. Tersedia: http://www.e- smartschool.com/PNU/003/PNU0030011.asp, diakses pada sabtu 9 maret 2013 pukul 21.35
E-smartschool 2005. Fungsi Darah. [Online]. Tersedia: http://www.e- smartschool.com/PNU/003/PNU0030011.asp, diakses pada sabtu 9 maret 2013 pukul 21.35
Frandson,
R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi 4.Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Judul
: Menghitung
Jumlah Leukosit
II.
Tujuan : Untuk Mengetahui
jumlah leukosit
III.
Data
Yang Di Dapatkan/Hasil:
|
|






Gambar.1 Kamar
Neubeuer
(Sumber: www.google.com)
-
Tabulasi
data
Nama
Mahasiswa : Luh Putu Dwijaningsih
Jenis
Kelamin : Perempuan
Berat
badan : 44 kg
Tinggi
badan : 153 cm
Umur
:
21 tahun
Golongan
darah : B
Jumlah
Leukosit = 68.00
SDM/ mm3
-
Tabulasi
data
Nama
Mahasiswa : I Gede Agus Sindhu Mahardika
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Berat
badan : 44 kg
Tinggi
badan : 153 cm
Umur
:
20 tahun
Golongan
darah : 0
Jumlah
Leukosit = 6350 SDM/ mm3
IV.
Pembahasan :
Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama saja dengan
cara menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) hanya saja yang
digunakan pipet, kamar hitung dan larutan
pengencernya adalah larutan Turk yang berbeda, larutan Turk
berwarna ungu karena penambahan larutan gentian violet yang bertujuan untuk
memberi warna pada inti dari granula leukosit dimana larutan ini memecah
eritrosit dan trombosit, tetapi tidak memecah leukosit maupun eritrosit berinti . Jika tadi pada saat menghitung
sel-sel darah merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang kecil dengan
jumlah 40 kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar hitung yang
berukuran besar dengan jumlah 25 kamar.
Dalam
praktikum kemarin jumlah leukosit kelompok kami adalah (dwija) 6800 , dan
kelompok lain (sindhu) 6350 . Pencarian sel leukosit lebih mudah dikarenakan
bentuk selnya lebih besar dari sel eritrosit, selain itu sel leukosit juga
tidak menggumpal.
Jumlah leukosit pada
mahasiswa coba 1 (Dwija) 6800 dan mahasiswa coba 2 (sindhu) 6350 per ul darah
sedikit menyimpang dari teori dimana jumlah leukosit yang normal pada orang
dewasa berkisar antara 7000-10000 per ul darah. Terjadi perbedaan hasil antara hasil pengamatan terhadap
jumlah sel darah pada literature. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor
seeperti kesalahan praktikum ataupun tidak meratanya proses penghitungan itu
sendiri. Kami menyadari banyak kesalahan yang menyebabkan data yang kami
cantumkan di laporan kurang valid.
Akan tetapi jumlah
leukosit dalam tubuh orang dewasa normal kira-kira 7000 dalam satu milliliter
darahnya. Sehingga mahasiswa coba 1 dwija (6800) dan sindhu (6350) jumlah
leukositnya mendekati normal. Peningkatan jumlah leukosit disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
pada infeksi pneumonia, appendicitis,
dan infeksi lain yang akut. Dalam kondisi yang normal, leukositosis fisiologik
dapat meningkat sampai 10.000, misalnya pada latihan, hamil, mandi dengan air
dingin. Jika jumlah leukosit lebih daripada 10.000 per milliliter darah, maka
hal ini sudah mengarah ke leukositosis patologik. Menurunnya jumlah leukosit
disebut leucopenia (Citrawathi,2001).
Leukopenia
adalah keadaan
jumlah leukosit yang sedikit, sehingga orang ini tak terlindungi terhadap
penyakit. Jumlah leukosit yang sedikit ini disebabkan oleh rusaknya sumsum
tulang belakang akibat kanker. Sedangkan untuk keadaan jumlah leukosit yang
sangat banyak dalam sirkulasi (sekitar 100000-200000±7500/mm3
disebut dengan Leukemia.
V.
Simpulan
-Dari uraian diatas saya dapat menyimpulkan bahwa : Jumlah
leukosit pada mahasiswa coba 1 (Dwija) 6800 dan mahasiswa coba 2 (sindhu) 6350
per ul darah sedikit menyimpang dari teori dimana jumlah leukosit yang normal
pada orang dewasa berkisar antara 7000-10000 per ul darah. Sehingga kita menyimpulkan jumlah leukosit
dari kedua mahasiswa coba tersebut mendekati normal.
-Terjadi perbedaan hasil antara hasil pengamatan terhadap
jumlah sel darah pada literature. Hal ini di pengaruhi oleh factor-faktor
seeperti kesalahan praktikum ataupun tidak meratanya proses penghitungan itu
sendiri
-
Pada praktikum digunakan larutan turk tersebut berfungsi sebagai pengencer
leukosit dan member warna pada inti granula leukosit dimana larutan ini memecah
trombosit tetapi tidak memecahleukosit maupun eritrosit berinti.
VI.
Kemungkinan
Terjadi Kesalahan terhadap hasil :
- Kendala
yang pertama dialami adalah sulitnya mencari kotak – kotak
Haemocytometer. Hampir setengah jam kelompok kami mencari kotak –
kotak Haemocytometer dengan bantuan mikroskop.
- Perbedaan
yang sangat jauh antara hasil percobaan dengan literatur bisa disebabkan
oleh banyak faktor
- Kondisi
alat percobaan yang kurang optimal
- Akurasi
pengliahatan praktikan yang terbatas sehingga banyak sel yang tidak
terlihat atau terlewat dari pandangan.
5.
Kurangnya
konsentrasi praktikan saat perhitungan
6.
Apabila
darah terlalu lama didiamkan maka akan terjadi penggumpalan sehingga
menyebabkan bercak – bercak hitam ketika dilakukan penglihatan melalui
mikroskop. Disarankan agar sebelum mengambil darah, dicari dahulu kotak – kotak
Haemocytometer
VII.
Jawaban
Pertanyaan
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit seseorang.
Jawab :
Jumlah
eritrosit:
a) Jenis Kelamin
Pada
laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1 – 5,8 juta per
mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3 – 5,2 juta per mililiter kubik
darah.
b) Usia
Orang
dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak anak.
c) Tempat Ketinggian
Orang
yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah ertrosit lebih banyak.
d) Kondisi Tubuh Seseorang
Sakit
dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah ertrosit dalam
darah
Jumlah Leukosit yaitu jenis kelamin,
umur, iklim, kondisi tubuh seseorang
2.
Adakah
kemungkinan timbul suatau kesalahan dalam perhitungan sel darah dengan cara
seperti di atas? Jelaskan.
Jawab:
Kesalahan – kesalahan pada tindakan menghitung leukosit
1. Jumlah darah
yang diisap ke dalam pipet itu tidak tepat jika :
a. Bekerja
terlalu lambat sehingga ada bekuan darah.
b. Tidak
mencapai garis tanda 0,5.
c. Membaca
dengan paralaks.
d. Memakai ppet
basah.
e. Mengeluarkan
lagi sebagian darah yang telah diisap karena melewati garis tanda 0,5
2. Pengenceran
dalam pipet salah jika :
a. Kehilangan
cairan dari pipet, karena mengalir kembali ke dalam botol berisi larutan turk.
b. Tidak
mengisap cairan turk tepat sampai garis 11.
c. Terjadi
gelembung udara di dalam pipet pada waktu mengisap larutan turk.
d. Terbuang
sedikit cairan pada waktu mengocok pipet atau pada waktu mencabut karet
penghisap dari pipet.
3. Tidak mengocok
pipet segera setelah mengambil larutan turk.
4. Tidak
mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung.
5. Tidak
membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar hitung.
6. Yang
bertaian dengan kamar hitung dan teknik menghitung :
a. Kamar hitung
atau kaca penutup kotor.
b. Ada
gelembung udara termasuk beberapa dengan cairan.
c. Letak kaca
penutup salah.
d. Meja
mikroskop tidak datar air.
e. Salah
mengihtung sel yang menyinggung garis – garis batas.
f. Kaca penutup
tergeser karena disentuh dengan lensa mikroskop
Daftar Pustaka
Citrawathi,D.M.,dkk.
2001. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Citrawathi,D.M.,dkk.
2001. LKM Anatomi dan Fisiologi Manusia. Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja
Syamsuri,
Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta.
Wikipedia. 2009. Darah. dan
Fungsinya. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/ Darah dan Fungsinya,
diakses pada sabtu 9 maret 2013 pukul 22.00
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082001/her-1.htm,
diakses sabtu 19 maret 2011 pukul 22.00
0 komentar:
Posting Komentar